I was born twenty something years ago (sok dirahasia-rahasiain padahal dari judulnya aja udah ketebak), tepat di hari ini. Walaupun mungkin belum cukup banyak pelajaran hidup yang bisa gue maknai dan mengerti (ceillah..!). Terbukti sampai sekarang gue masih gak ngerti kenapa kursi namanya 'kursi'? Kenapa ada kata 'menggeliat', 'mengelilingi', 'MEMIKIRKAN'? Dan yang paling aneh menurut gue, kenapa upil harus dinamain 'upil'? (ketauan deh kurang kerjaan). Ada yang tau jawabannya? Please, tell me! Sebelum ratusan pertanyaan lain yang menumpuk di otak gue kembali menghantui dan minta dipikirkan nasibnya. Sabar ya, pertanyaan-pertanyaan. Suatu hari nanti kalian pasti akan terjawab satu persatu dengan harapan jawabannya masuk akal. Oke lah, sambil mencari jawaban gue masih dan akan terus mencari apa arti hidup di dunia yang fana' ini. Seenggaknya hidup gue gak terlalu sia-sia cuma buat mikirin pertanyaan-pertanyaan macam di atas tadi.
Berhubung hari ini gue ilang tahun, gue akan bercerita sedikit mengenai peristiwa "Lahirnya Diniyah Inayatullah ke Dunia" dengan beberapa keunikan (baca: aneh) yang menyertainya.
Secara akta, tertulis bahwa gue lahir di Jakarta pada tanggal 23 Februari 1988 dari pasangan bapak dan ibu gue sendiri. Bukan bapaknya tetangga gue, apalagi ibunya Justin Bieber. Menurut orang tua gue, kelahiran gue agak sedikit berbeda dengan kakak dan kedua adek gue. Gue lahir waktu usia kandungan ibu belum lagi genap 9 bulan. 8 bulan pun belum. Lebih tepatnya 7 bulan 2 minggu. Kok bisa ya? Kayak apa bentuk gue? Ini pasti dokternya salah ngitung nih. Si Kahfi jago matematika, minta ajarin gih, Dok.
Ketika ibu sedang terlelap tidur, tiba-tiba ia terbangun dan merasakan bahwa di sekeliling tempat tidurnya sudah basah oleh cairan. Sampai-sampai kakak gue yang kala itu masih berusia 3 tahun dan sedang terlelap di samping ibu pun ikut basah akibat cairan itu. Dan ternyata itu adalah air ketuban yang sudah pecah. Untungnya bukan air kran yang bocor, air got, atau air raksa (serem banget!). Sontak ibu mambangunkan bapak dan bergegas menuju rumah sakit. Dokter yang menangani kandungan ibu sedikit kaget. Menurut perkirannya, gue baru akan lahir pada akhir bulan April atau awal bulan Mei. Saat itu pun ibu belum merasakan kontraksi untuk melahirkan. Tapi berhubung cairan ketuban gue sudah pecah dan khawatir akan berbahaya bagi keselamatan ibu dan gue (ternyata kepedulian mereka sudah muncul sejak gue masih dalem perut. Oh terharu..!), maka gue harus (dipaksa) dilahirkan. Dalam keadaan tersebut dan ditambah lagi posisi gue di dalem perut yang kata ibu 'sungsang' (bukan kepala atau kaki tetapi bagian bokong yang lebih dulu keliatan), ibu nolak buat melahirkan dengan jalan operasi. Alhamdulillah, akhirnya dengan keyakinan ibu disertai dengan perjuangan yang ekstra amat sangat keras, gue berhasil dilahirkan secara normal, gak ada unsur human error dari dokter yang salah ngitung usia kandungan (emang segitu), sehat, dan tanpa kurang apapun kecuali otak mungkin. Ya Allah hamba bersyukur dengan keadaan sekarang ini. Dan jadikanlah otak hamba otak yang dapat bekerja secara lebih baik, sedikit lebih pandai, gak aneh, dan normal seperti seorang Albert Einstein. Amin. <-- doa sehari-hari
Sempat terjadi sedikit kecemasan karena saat gue baru aja keluar dari perut, gue gak langsung nangis. Kata ibu, bayi yang baru lahir biasanya nangis dan kalau enggak, dikhawatirkan terjadi sesuatu pada bayi itu. Suster yang saat itu menggendong gue, berusaha membuat gue nangis, dari mulai nepuk-nepuk punggung, nabokin p*nt*t gue, nutup idung gue (bukannya nangis, yang ada gue langsung koit gak bisa napas, Sus), sampai nyubit tangan gue yang meningglkan noktah biru dan sakitnya gak ilang-ilang sampai sekarang (yang terakhir bukan fakta). Setelah beberapa menit, usaha si suster membuahkan hasil. Akhirnya gue nangis, saudara-saudara..!! Gue pun segera mendapatkan perawtan intensif di inkubator. Pasti suasananya mengharukan banget deh. Coba gue bisa inget peristiwa itu. Sayangnya otak gue gak mampu (yaiyalah).
Gue gak pajang foto pas bener-bener baru lahir. Ngeri juga ngeliat seonggok bayi dengan tali pusar masih menjuntai dan badan masih berdarah-darah |
Makasih ya Ma, udah melahirkan aku ke dunia. Dan aku akan berusaha menjadi anak yang bisa dibanggakan. Oia maaf Ma, karena aku udah nyusahin dan buat Mama kesakitan saat (dipaksa) melahirkan (mungkin karena aku udah gak sabar pengen liat om Iwan Fals, hehe).
I love you, Mom..
Terima kasih untuk Bapak, Kakak, Keluarga, Dokter, Suster, dan pihak-pihak yang telah terlibat dalam peristiwa "Lahirnya Diniyah Inayatullah ke Dunia"
Keistimewaan (baca: aneh/unik) ternyata bukan terjadi hanya pada saat gue sedang mau akan dilahirkan. Waktu masih di dalem perut dan dokter udah bisa melihat jenis kelamin gue lewat hasil USG, diketahui bahwa gue berjenis laki-laki. Dan ssstt jangan bilang-bilang ya, kata sang Dokter, dari hasil USG itu juga udah keliatan keren-nya gue. Hahaha.. Bapak Ibu gue seneng banget dong bisa punya anak kedua laki-laki. Berarti udah lengkap karena kakak gue kan perempuan. Mereka pun menyiapkan nama anak laki-laki "Era Muhammad Kahfi" (yang akhirnya sekarang jadi nama adek gue yang paling kecil, paling usil dan paling tengil). Tapi tapi tapi.. Yak ternyata pas lahir gue perempuan, pemirsa sekalian! Sampai sekarang dan insyaalah ke depannya gue masih dan harus jadi perempuan kok, masa iya berubah. Ah, kesalahan apalagi yang telah anda perbuat, Dok? Perkiraan tanggal lahir (x). Perkiraan jenis kelamin (x). Kasian lo, Dok dijadiin kambing hitam mulu. Kalau gue jadi lo, pasti gue minta pensiun dini saat itu juga. Tapi dokter adalah dokter yang luar biasa deh *two thumbs up!*
Masalah pemberian nama dan alasan pemberian nama gue? Gak ada masalah sih tapi bukan berarti gak ada alasan juga. Bapak gue pasti punya alasan lah. Mau tau? Alasannya karena waktu bapak mau mengubur ari-ari gue, bapak melintasi sebuah bangunan bertuliskan "Diniyah". Dari sanalah kemudian bapak memberikan nama hebat "Diniyah Inayatullah" yang artinya... Ah, kata pujangga Shakespear: apalah arti sebuah nama. Yaa, pokoknya gitu lah. Bapak gue yang paling tau dan ngerti apa maksud dan arti nama itu.
That's the real me! Uyee..